Selasa, 02 Agustus 2022
Beredar isu mengenai vaksin imunisasi untuk anak mengandung Thimerosal dan Ethylmercury yang dikatakan menyebabkan sindorm Autisme Spectrum Disorder (ASD). Isu mengenai kandungan vaksin imunisasi anak memang sering ditemukan dan informasi yang diberikan masih simpang siur. Tapi, apakah informasi itu benar? Mari cek faktanya!
CEK FAKTA: Sebelum membahas mengenai Thimerosal dan Ethylmercury serta kaitannya dengan autisme, kita simak dulu yuk apa saja komposisi vaksin imunisasi itu.
Dilansir dari HelloSehat, dikatakan bahwa kandungan utama vaksin terdiri dari:
1. Virus atau bakteri yang sudah dilemahkan sebagai bahan aktif yang tujuannya ketika disuntikan ke dalam tubuh, maka, immune system dalam tubuh akan mengenalinya dan menambah kekebalannya.
2. Adjuvant (berasal dari garam alumunium) yang membantu memaksimalkan keampuhan vaksin dalam melawan penyakit. Garam aluminium telah ini diizinkan oleh FDA (US Foods and Drugs Administration) dan BPOM.
3. Cairan pelaut seperti air bersih atau natrium klodria (biasa digunakan pada cairan infus).
4. Stabilizer untuk menjaga kondisi suhu vaksin. Umumya terbuat dari (sukrosa dan laktosa) atau protein (albumin dan gelatin).
Apakah benar terdapat Thimerosal dan Ethylmercury dalam vaksin imunisasi? Jawabannya adalah ada. TAPI, simak dulu bagian selanjutnya ya!
1. Vaksin membutuhkan pengawet agar dapat berfungsi dengan baik. Disanalah Thimerosal berperan dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam vaksin.
2. Tubuh manusia dapat mengeluarkan Ethylmercury dengan mudah.
3. Menurut FDA, penggunaan Thimerosal dalam vaksin dikatakan aman dan menurut riset lebih lanjut mengenai Thimerosal, tidak memiliki keterkaitan dengan penyebab autisme.
4. Ada beberapa efek yang mungkin ditimbulkan oleh vaksin imunisasi seperti halnya bercak kemerahan atau pembengkakkan. Ada juga beberapa orang tertentu yang alergi dengan Thimerosal.
KESIMPULAN: Vaksin imunisasi anak memang mengandung Thimerosal dan Ethylmercury, tetapi bahan-bahan tersebut sudah dikatakan aman serta berdasarkan hasil riset tidak memiliki hubungan dengan penyebab autisme.
Informasi tersebut termasuk pada kategori hoaks jenis misleading content.
RUJUKAN
https://bit.ly/3Snn76X
https://bit.ly/3PRtRZ7
https://bit.ly/3zQGoGX
https://bit.ly/3cYKxzB