KETUA BPIP USULKAN GANTI ASSALAMU???ALAIKUM DENGAN SALAM PANCASILA

DATA INFORMASI KLARIFIKASI
JENIS KLARIFIKASI
SARA - AGAMA
LOKASI INFORMASI
NASIONAL - NASIONAL
JENIS INFORMASI
HOAKS - MISLEADING CONTENT
KANAL ADUAN
WHATSAPP
BUKTI ADUAN
LINK
PETUGAS CEK FAKTA
Tommy Sutami
DILIHAT
204 KALI

Sabtu, 22 Februari 2020

KEPALA BPIP USULKAN GANTI ASSALAMUALAIKUM DENGAN SALAM PANCASILA [MISINFORMASI] Berdasarkan aduan yang masuk ke Tim Jabar Saber Hoaks. Beredar sebuah postingan di media sosial berisi foto dari kepala BPIP Yudian Wahyudi yang diberi judul Ketua BPIP Usulkan Ganti Assalamualaikum dengan Salam Pancasila? . [PENJELASAN] Dilansir dari cekfakta.tempo.co, klaim yang menyatakan bahwa Kepala BPIP Yudian Wahyudi mengusulkan untuk mengganti ucapan Assalamaulaikum dengan salam Pancasila adalah salah dan termasuk klaim yang menyesatkan. Narasi tersebut diambil dari wawancara Detik.com dengan Yudian pada tanggal 12 Februari 2020 yang menghilangkan konteks sebenarnya dari keseluruhan isi wawancara. Pernyataan Yudian itu pun baru sekedar wacana yang bukan merupakan usulan kelembagaan. Tim CekFakta Tempo mengecek artikel wawancara Detik.com dengan Kepala BPIP Yudian Wahyudi yang menjadi rujukan dari situs-situs di atas. Wawancara itu didokumentasikan dalam sebuah video yang diunggah oleh Detik.com pada Rabu 12 Februari 2020 pada artikel yang berjudul Blak-blakan Prof Yudian Wahyudi: Kepala BPIP Sebut Agama Jadi Musuh Terbesar Pancasila . Tempo pun mendengarkan seluruh isi wawancara yang berdurasi sekitar 39 menit itu. Wawancara itu mengulas tentang refleksi atas masalah kebangsaan terkini, tantangan hidup bermasyarakat di era Reformasi, praktek nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru dan sekarang, serta bagaimana BPIP bekerja untuk membumikan nilai Pancasila tersebut ke dalam kehidupan masyarakat. Framing yang dilakukan oleh sejumlah situs tentang usulan mengganti Assalamualaikum dengan salam Pancasila berasal dari menit 29:05 video tersebut. Dialog itu dimulai dengan pertanyaan dari host terkait dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 1978-1983, Daoed Joesoef. Pertanyaan itu merupakan lanjutan dari dialog sebelumnya tentang bagaimana mewujudkan persatuan di tengah kemajemukan agama. [SUMBER KLARIFIKASI] http://bit.ly/37V2Ddk http://bit.ly/3c0JMAX http://bit.ly/2SShGQQ

Klarifikasi
Kamis, 06 Februari 2025
Kamis, 06 Februari 2025
Kamis, 06 Februari 2025