Karawang (15/11/22) – Bertempat di SMAN 5 Kabupaten Karawang, puluhan pelajar mengikuti acara penyuluhan pencegahan berita palsu atau hoaks yang disampaikan oleh Unit Kerja Jabar Saber Hoaks Diskominfo Jawa Barat.
Penyuluhan tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara Siaran Keliling (Sarling) Jawa Barat yang digelar secara rutin oleh Pemprov Jawa Barat.
Dalam penyuluhan tersebut, Jabar Saber Hoaks menyampaikan paparan materi seputar sejarah lahirnya internet, evolusi website, fenomena propaganda di beberapa negara, potret penyebaran hoaks di Indonesia, trik menghindari jebakan narasi berita palsu, termasuk pemaparan tentang tugas dan fungsi Unit Jabar Saber Hoaks.
Wakil Ketua Jabar Saber Hoaks, Depi Agung Setiawan, dalam pemaparannya mengatakan, bahwa teknologi internet mulai muncul sekira tahun 1958.
“Buntut atas "kekalahan" Amerika Serikat dari Uni Soviet dalam peluncuran wahana luar angkasa kala itu, AS membentuk Advanced Research Projects Agency (ARPA) untuk membuat teknologi komputer,” tutur Depi.
Depi pun mengatakan, bahwa praktik propaganda termasuk hoaks sejatinya telah ada dari sejak zaman kuno. Hanya saja kala itu belum ada teknologi yang efektif untuk menyebarkannya.
Depi mencontohkan, pada tahun 44 sebelum masehi (zaman kekaisaran Romawi kuno), terjadi kampanye propaganda kotor yang dilakukan Oktavianus untuk mencoreng reputasi Kaisar Marcus Antonius, dengan cara menyebarkan slogan-slogan palsu yang diukir pada koin.
Selama penyuluhan berlangsung, para peserta pun diajak untuk belajar mencermati suatu narasi judul berita, memastikan keaslian sebuah foto/gambar, dan memperkenalkan beberapa perangkat digital alat pengecek fakta – seperti Yandex dan kanal Cekfakta.com.
Merujuk pada data penanggulangan hoaks yang dihimpun oleh Jabar Saber Hoaks, pada tahun 2021, dari sebanyak 2.716 informasi atau rumor yang diverifikasi (fact checking), tercatat sebanyak 1.887 merupakan berita palsu alias hoaks dengan beragam isu atau topik – seperti isu kesehatan/Covid-19, kriminalitas, regulasi, dan isu lainnya.
Tim Jabar Saber Hoaks pun memberikan beberapa trik sederhana, manakala pengguna media sosial menerima informasi yang diragukan. Langkah pertama adalah, telusuri dari siapakah informasi itu berasal, dari pihak atau lembaga kredibelkah?
Kedua, adakah bukti-bukti valid yang tertaut pada kalim informasi tersebut? Terakhir, segera lakukan konfirmasi atau tabayyun ke pihak-pihak yang disebutkan (atau pihak yang bersinggungan) dengan isi klaim tersebut.
Diakhir sesi penyuluhan, Depi mengajak para pelajar untuk berpartisipasi aktif menjadi aktor utama dalam memerangi masifnya penyebaran hoaks tengah masyarakat.
“Di era digitalisasi informasi saat ini, pelajar harus jadi aktor utama sebagai pencegah penyebaran hoaks di masyarakat,” pungkas Depi.
*Penulis : Sandi Ibrahim Abdullah (JSH)