PERANGI HOAKS DENGAN GOOD CITIZEN JOURNALIST

Dilihat: 1,229 kali
Sabtu, 12 Februari 2022

Bandung - Kredibilitas nilai yang tersirat pada narasi suatu berita sangat tergantung kepada peran sang jurnalis – sebagai insan yang memproduksinya. Di era perkembangan teknologi informasi hari ini, kompetensi seorang jurnalis rupanya tak sekedar dituntut untuk mampu menguasai ilmu jurnalistik sebagai kompetensi dasar, namun juga ia harus beradaptasi bidang kerja baru lainnya – seperti pekerjaan dalam menyusun konten yang baik (content creator) atau mampu menganalisa konten-konten di media sosial (social media analyst).

Hal tersebut disampaikan oleh Fitriansyah Nachrawi, S.Sos dalam acara seminar jurnalisme yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAIKOM) STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi pada Rabu (9/2/22) di Aula Kampus Widyapuri Mandiri Sukabumi, Jalan Gelanggang Pemuda Cisaat Sukabumi.

“Kedepan, mahasiswa ilmu komunikasi yang siap bekerja di dunia jurnalis dituntut agar menguasai teknik mengolah konten yang baik, juga menganalisa tren media sosial (social media analyst),” terang Kang Fitri, sapaan akrabnya.

Sementara ditanya ihwal sikap netralitas seorang jurnalis, Kang Fitri yang merupakan General Manager dari kanal berita Sukabumiupdate.com itu dengan tegas mengatakan, bahwa sikap netralitas adalah rambu utama yang harus melekat pada diri setiap jurnalis.

Pada seminar dengan tema everyone is a journalist itu, hadir pula pembicara dari unit Jabar Saber Hoaks, Depi Agung Setiawan, S.Sos., M.I.Kom.

Mengawali paparannya, Depi yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Jabar Saber Hoaks menyampaikan data-data aktual jumlah pengguna internet saat ini, baik di tingkat global maupun nasional.

Merujuk pada rilis data platform Hootsuite  dan We are Social pada tahun 2021, dari total populasi penduduk dunia yang berjumlah 7,83 milyar jiwa, sebanyak 4,66 milyar atau 59,5% nya tergolong sebagai pengguna Internet, dimana sebanyak 4,20 milyar (53,6%) nya diklaim sebagai masyarakat pengguna media sosial aktif.

Sementara jumlah pengguna internet di Indonesia tercatat sebanyak 202,6 juta jiwa alias 73,7% dari total populasi penduduk Indonesia, dengan jumlah pengguna media sosial yang aktif tercatat sebanyak 170 juta (61,8%).

Di era tsumani informasi saat ini, sejatinya setiap orang memiliki peran ganda. Di satu sisi ia berperan sebagai pengonsumsi informasi atau berita (news consumers) dan pada satu sisi dirinya pula berperan sebagai produsen informasi atau bisa disebut sebagai citizen journalism.

Dalam kontek manusia sebagai produsen informasi, ini tentunya harus diimbangi dengan kemampuan dirinya dengan pemahaman literasi digital sebagai bagian dari penerapan jurnalisme warga yang baik (an good citizen journalist).

“Di era keterbukaan informasi, (Kita) sebagai produsen informasi harus menjadi an good citizen journalist guna merawat ruang publik dari sebaran sampah-sampah informasi yang tak bermanfaat, seperti penyebaran hoaks, tutur Depi.

Fenomena masifnya arus penyebaran hoaks di ruang-ruang publik, meluasnya narasi-narasi hate speech, banyaknya praktik penipuan online, ini adalah realitas yang sedianya menjadi perhatian kita bersama.

Pemberantasan hoaks, lanjut Depi, akan menjadi sangat sulit jika dilakukan secara parsial (sendiri-sendiri). Model kolaborasi multi pihak dalam memerangi hoaks diharapkan bisa menjadi satu ikhtiar yang efektif.

Diakhir paparan, Depi pun berpesan kepada peserta seminar yang diikuti oleh para mahasiswa dan pelajar sebanyak 50 orang, agar menjadi warganet yang bijak dan kritis dalam setiap menerima informasi dikanal media sosial. (JSH)

*Editor : Depi Agung Setiawan