Maraknya penyebaran kabar keliru atau hoaks di media sosial, perlu disikapi dengan bijak oleh multi pihak – tak terkecuali sikap kepedulian dari kaum pelajar di lingkungan sekolah.
Meningkatkan pemahaman literasi digital menjadi salah satu filter atau panasea bagi masyarakat pengguna media sosial, agar tak terkelabui oleh hoaks yang menyebar di kanal-kanal media sosial.
Dalam rangka menguatkan pemahaman literasi digital bagi para pelajar, Tim Jabar Saber Hoaks memberikan penyuluhan pencegahan hoaks kepada siswa-siswi SMAN 2 Kota Banjar.
Giat penyuluhan yang merupakan rangkaian acara Siaran Keliling Jawa Barat (SARLING JABAR) tersebut, digelar di salah satu ruang kelas SMAN 2 Kota Banjar, pada Selasa (21/2/23).
Dalam paparan penyuluhannya, Ketua Unit Jabar Saber Hoaks, Alfianto Yustinova, mengatakan, riuhnya hoaks tentang isu penculikan anak telah memantik perhatian publik pada akhir-akhir ini.
“Akhir-akhir ini, Tim Jabar Saber Hoaks mendeteksi beberapa hoaks tentang penculikan anak. Ini jelas merugikan beberapa pihak,” terang Fian, sapaan akrab Ketua Jabar Saber Hoaks itu.
Terdapat beberapa ciri-ciri hoaks, lanjut Fian, diantaranya adalah, isi narasinya bombastis, sumber rujukan tidak jelas, juga narasinya tendensi mengajak penerima informasi untuk turut menyebarluaskan kabar tersebut.
Diva Zakya, salah satu siswi SMAN 2 Banjar, mengajak rekan-rekan para pelajar di SMAN 2 Banjar, untuk lebih cermat dalam menanggapi suatu berita.
“Cari tahu terlebih dahulu tentang fakta di balik suatu berita. Karena hoaks dapat menimbulkan kebohongan publik, dan menyebabkan kerugian pihak-pihak terkait yang tak bersalah,” tutur Diva yang juga salah satu pelajar aktif pada klub ekskul Analog Fotografi Jurnalistik SMAN 2 Banjar.
Sementara itu, Ketua OSIS SMAN 2 Banjar, Tyas Delani Juliana, mengatakan, dirinya kerap menemukan hoaks di kanal-kanal media sosial.
“Hoaks itu sering menyebar di media sosial ya, Facebook, Twitter, WhatsApp,” kata Tyas.
Tyas menambahkan, hoaks sangat berpotensi menimbullkan masalah baru di tengah kehidupan masyakarat.
“Hoaks itu kan belum tentu kebenaran fakta-faktanya, dan ketika (hoaks) disebarkan, itu akan jadi masalah baru,” lanjut Tyas.
Ditanya soal tanggung jawabnya dalam memerangi hoaks, sebagai pelajar, Tyas mengatakan, para pelajar hari ini seyogianya harus meningkatkan pemahaman akan literasi digital, sebagai salah satu ikhtar dalam memerangi hoaks di era digitalisasi.
“Saat menerima suatu berita, sebaiknya kita baca dulu dengan teliti. Karena apa pun (berita) yang kita sebarkan di media sosial, itu akan berdampak bagi khalayak (penerima berita),” ungkap Tyas. (JSH).
*Penulis : Tim JSH
*Editor : Depi Agung Setiawan