Rabu, 30 Juni 2021
Dilansir dari situs resmi IPB, Sri Nurdiati membantah bahwa ia pernah menulis pesan berantai itu. "Bukan saya yang menulisnya. Akibatnya, saya harus mengklarifikasi pertanyaan yang datang bertubi-tubi ke saya, bahwa itu bukan tulisan saya," kata Sri pada 20 April 2020.
Meskipun begitu, Sri menyatakan bahwa pesan berantai itu berisi informasi yang positif, tentang bagaimana memperkuat antibodi di dalam tubuh manusia. "Namun sayang, artikel itu mencantumkan nama saya, lengkap dengan jabatan dan institusi saya," ujarnya.
Dalam pernyataan itu, Sri juga menambahkan tips tentang bagaimana menjaga hidup agar tetap sehar di tengah pandemi Covid-19. Beberapa di antaranya adalah stay at home, menerapkan social distancing, menggunakan masker, rajin mencuci tangan, istirahat dan olahraga yang cukup, makan makanan sehat dan bergizi, serta mengkonsumi vitamin dan mineral.
Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo pada 19 Februari 2020, dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Iris Rengganis, mengatakan bakteri dan virus, termasuk virus Corona Covid-19, memang rentan masuk saat daya tahan atau imunitas tubuh melemah.
Menurut Iris, imunitas tubuh bisa dijaga dan diperbaiki dengan pola hidup sehat, yakni konsumsi makanan bernutrisi, beraktivitas fisik secara rutin, tidur yang cukup, dan rajin minum air putih untuk mendetoksifikasi racun. "Kurang tidur dan stres bisa memicu turunnya imunitas tubuh yang otomatis menurunkan kualitas antibodi," tuturnya.
Imunitas bukan satu-satunya kunci melawan pandemi
Peneliti epidemiologi Eijkman-Oxford Clinical Research Unit, Henry Surendra, mengatakan, secara epidemiologi, pandemi bisa dikendalikan dengan tiga cara, yaitu menghilangkan atau mengurangi sumber infeksi, memutus rantai penularan, dan melindungi kelompok populasi yang berisiko terinfeksi. “Aspek imunitas individu ataupun herd immunity (imunitas kawanan) masuk ke dalam salah satu upaya melindungi populasi berisiko,” kata Henry kepada Tim CekFakta Tempo pada 13 Mei 2020.
Namun, imunitas sendiri cukup kompleks dan spesifik. Untuk mencegah penularan pada level individu saat pandemi Covid-19, jalannya adalah melalui vaksinasi. Tapi, sampai saat ini, belum ada vaksin untuk memberikan imunitas pada seseorang dalam melawan virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2.
Vaksinasi juga sangat bermanfaat untuk mencegah penularan pada level populasi, yakni dengan memvaksin sebagian besar populasi. Untuk Covid-19, diperkirakan memerlukan 70 persen populasi yang divaksin agar tercapai herd immunity. Peningkatan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi atau suplemen tidak serta-merta bisa membuat seseorang terhindar dari penyakit ketika terpapar virus Corona. “Tentu ini keliru,” kata Henry.
Tanpa vaksin, menurut Henry, seseorang yang terpapar virus Corona bakal terinfeksi. Pasca infeksi, kondisi tubuh kemungkinan bisa membantu mempercepat respons terhadap virus dengan cara memproduksi antibodi. Karena belum ada vaksin untuk Covid-19 dan pandemi memerlukan respons cepat, tindakan yang paling tepat adalah memutus rantai penularan dengan menjaga jarak aman, rajin mencuci tangan, menggunakan masker, dan sebagainya.
Aspek psikologi pun berperan. Sebab, saat seseorang khawatir berlebihan, kesehatan mentalnya dapat terganggu, kemudian mengakibatkan daya tahan tubuh menurun. Namun, Henry mengingatkan bahwa aspek psikologi hanya satu dari sekian banyak aspek dalam pandemi. “Untuk saat ini, upaya-upaya memutus rantai penularanlah yang paling signifikan dampaknya dalam penanggulangan pandemi,” kata Henry.
KESIMPULAN: Pesan berantai soal virus hanya bisa dikalahkan oleh antibodi di atas bukan berasal dari Dekan FMIPA IPB, Sri Nurdiati. Dalam pernyataan tertulisnya, Sri menjelaskan bahwa ia tidak pernah membuat pesan berantai tersebut.
Informasi ini masuk kategori hoaks jenis imposter content.
RUJUKAN:
https://bit.ly/3qO8YlT
https://bit.ly/3yoUdsh