SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO : MAAF BUKAN SARA, TAPI CINA DAN KETURUNANNYA TIDAK PANTAS JADI PEMIMPIN DI BUMI NUSANTARA

DATA INFORMASI KLARIFIKASI
JENIS KLARIFIKASI
SARA - RAS
LOKASI INFORMASI
NASIONAL - NASIONAL
JENIS INFORMASI
HOAKS - FALSE CONTEXT
KANAL ADUAN
WHATSAPP
BUKTI ADUAN
TEXT
PETUGAS CEK FAKTA
DILIHAT
863 KALI

Senin, 09 Maret 2020

SULTAN HB X SEBUT CINA DAN KETURUNANNYA TAK PANTAS JADI PEMIMPIN INDONESIA [FALSE CONTEXT] Berdasarkan aduan yang masuk ke Tim Jabar Saber Hoaks. Beredar kembali di media sosial gambar dari portal berita metronews.tk bertuliskan Sri Sultan Hamengkubuwono : Maaf Bukan SARA, Tapi Cina Dan Keturunannya Tidak Pantas Jadi Pemimpin Di Bumi Nusantara. Fakta Sejarah, Tionghoa Adalah Satu-Satunya Penghianat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) . [CEK FAKTA] Setelah dilakukan penelusuran, ditemukan bahwa artikel itu pernah beredar pada 2017 dan telah terbukti hoaks. Pemilik situs yang memuat artikel itu, Metronews.tk, pun telah ditangkap polisi. Situs itu juga sudah dihapus. Dalam arsip pemberitaan Tempo, diketahui bahwa artikel yang berjudul Sri Sultan Hamengkubuwono: Maaf Bukan Sara, Tapi Cina dan keturunannya Tidak Pantas Jadi Pemimpin di Bumi Nusantara. Fakta Sejarah, Tionghoa adalah Satu-satunya Penghianat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu berisi tentang warga etnis Cina di Yogyakarta yang tidak berhak memiliki tanah, melainkan hanya hak guna bangunan. Artikel itu juga menyebut warga Tionghoa sebagai pengkhianat perjuangan Indonesia. Menurut artikel tersebut, ketika terjadi agresi militer II Belanda pada Desember 1948, komunitas Tionghoa di Yogyakarta memberikan sokongan kepada agresor Belanda. Pada 1950, menurut artikel tersebut, warga etnis Cina di Yogyakarta berencana melakukan eksodus. Namun, rencana itu dilarang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Mereka dibiarkan tinggal di Yogyakarta, namun tidak berhak memiliki tanah. Merespons artikel tersebut, Sultan HB X menyatakan bahwa ia tidak pernah diwawancarai soal hak atas tanah warga Tionghoa yang disiarkan di Metronews.tk. Sultan pun melaporkan berita bohong itu ke Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 19 April 2017. Sultan juga mengaku tidak pernah memberikan pernyataan sebagaimana dalam artikel itu. Itu memojokkan salah satu etnis tertentu berupa SARA, kata Gubernur DIY tersebut. Ia pun tidak mengetahui siapa yang membuat tulisan itu. Dikutip dari laman MediaIndonesia.com, pada 26 April 2017, Polda DIY telah menangkap pembuat artikel sekaligus pemilik Metronews.tk. Pelaku adalah warga Sumatera Selatan berinisial RNM, 25 tahun. Motif pelaku adalah ekonomi, agar situs miliknya semakin banyak dikunjungi dan iklan yang masuk pun semakin banyak. [REFERENSI] http://bit.ly/3aKtZVg http://bit.ly/2W26Ut5 http://bit.ly/3cO4CDS

Klarifikasi
Kamis, 06 Februari 2025
Kamis, 06 Februari 2025
Kamis, 06 Februari 2025