APLIKASI UNTUK WAJAH TERLIHAT TUA MERUPAKAN UPAYA YAHUDI UNTUK MENGHANCURKAN GENERASI MUDA INDONESIA

DATA INFORMASI KLARIFIKASI
JENIS KLARIFIKASI
TEKNOLOGI - TEKNOLOGI
LOKASI INFORMASI
NASIONAL - NASIONAL
JENIS INFORMASI
HOAKS - FABRICATED CONTENT
KANAL ADUAN
WHATSAPP
BUKTI ADUAN
GAMBAR
PETUGAS CEK FAKTA
Tommy Sutami
DILIHAT
367 KALI

Jum'at, 19 Juli 2019

[DISINFORMASI]
Ada warginet yang menanyakan kebenaran dari sebuah informasi jika FaceApp adalah "APLIKASI UNTUK WAJAH TERLIHAT TUA MERUPAKAN UPAYA YAHUDI UNTUK MENGHANCURKAN GENERASI MUDA INDONESIA"
Dalam bahasa Wakanda kuno
Face = Menghancurkan
App = Generasi
Jadi Kalo di sambung FaceApp = Menghancurkan Generasi
Setelah kami melakukan penelusuran Face App merupakan aplikasi yang memiliki beberapa efek, seperti memberikan efek cerah pada kulit, mengubah wajah anda menjadi versi wanita dan pria sesuai pilihan, serta yang sedang populer saat ini, mengubah wajah Anda menjadi versi tua wajah Anda. Tentunya tujuan dari adanya aplikasi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan konten foto dan video di smedia sosial warginet yang terus tumbuh.
.
[PENJELASAN]
Jika Anda sedang bermain di media sosial Instagram, cobalah buka tab explore kalian dan carilah tagar #AgeChallenge. Anda bisa menemukan ratusan ribu foto dengan wajah yang sudah tua. Beberapa foto yang muncul menggunakan format kanan-kiri; bagian kanan merupakan foto wajah saat ini, sedangkan bagian kiri menunjukkan wajah si pengguna setelah tua. Foto tersebut diambil menggunakan aplikasi Face App, aplikasi yang belakangan kembali merebak di kalangan pengguna gawai setelah tagar #AgeChallenge muncul. Face App dirilis di Google Playstore dan Apple Store pada 15 Januari 2017 oleh Wireless Lab, sebuah start-up yang berasal dari Rusia. Face App sendiri memiliki beberapa efek, seperti memberikan efek cerah pada kulit, mengubah wajah anda menjadi versi wanita dan pria sesuai pilihan, serta yang sedang populer saat ini, mengubah wajah Anda menjadi versi tua wajah Anda. Aplikasi ini menggunakan kecerdasan buatan untuk menggambarkan bagaimana bentuk wajahmu di masa tua nanti. 
Meski laris manis di internet, namun belum banyak orang yang mengenal sosok pendiri aplikasi ini. Ia adalah Yaroslav Goncharov, pria asal Rusia yang ternyata pernah bekerja di perusahaan raksasa Microsoft.
Pria yang mahir di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) ini menyelesaikan studi di bidang mekanik dan matematika di St. Petersburg State University. Sebelumnya, dia bersekolah di Academic Gymnasium di kampus tersebut untuk bidang fisika dan matematika. 
Di tahun kedua kuliahnya, pria pendiri Wireless Lab, perusahaan dibalik aplikasi FaceApp, itu sudah bekerja secara full time. Hingga suatu hari, ia memutuskan untuk pergi ke Amerika Serikat untuk bekerja di Microsoft.
Ia pun diterima menjadi karyawan perusahaan dan bekerja sebagai teknisi yang mengerjakan coding untuk bot-bot AI selama dua tahun.
"Saya bekerja di Microsoft di Redmond, Amerika Serikat, dan di sore hari saya mengerjakan coding untuk bot yang mampu menemani bermain kartu poker. Neural network hanya bagian kecil dari kemampuan bot ini saat itu. Belum ada solusi yang bisa diciptakan neural network sepenuhnya," tutur Goncharov dalam sebuah wawancara dengan media Rusia, Afisha Daily, pada 2017 lalu.
Neural network merupakan salah satu elemen dalam teknologi AI yang membuatnya mampu berpikir dan memiliki persepsi seperti otak manusia. Goncharov kemudian mengembangkan teknologi in-depth untuk analisis suara.
"Di tahun 2016, saya memutuskan untuk menggunakan teknologi ini (AI) untuk kemampuan pengolahan foto. Demikian aplikasi FaceApp tercipta," ungkap Goncharov.
Pada 2006, dia juga ikut berperan dalam mendirikan perusahaan teknologi bernama SPB Software. Di sini ia menjabat sebagai direktur teknis.
Lima tahun kemudian, pada 2011, Goncharov menjual perusahaan SPB Software kepada Yandex, perusahaan asal Rusia yang menyediakan produk serta layanan yang berhubungan dengan internet. Ia menjual dengan harga 38 juta dolar AS kala itu.
Setelah cabut dari Yandex, barulah Goncharov mendirikan Wireless Lab. Berdirinya perusahaan ini didasari oleh popularitas kebutuhan foto dan video di zaman ini.
"FaceApp lahir dari dua hal penting yang menjadi tren. Pertama adalah value dari konten foto dan video yang terus tumbuh. Ada pandangan bahwa cerita di Snapchat, Instagram, dan sejenisnya bakal membunuh model news feed seperti Twitter. Facebook juga mulai menuju ke arah sana," jelas Goncharov dua tahun lalu.
"Tren kedua adalah teknologi neural networks. Teknologi serupa otak manusia yang ditanamkan ke dalam kode komputasi. Untuk menciptakannya dibutuhkan jaringan software simulasi yang besar dengan kemampuan menganalisis dan menyimpan data. Teknologi ini merupakan basis dari machine learning, artificial intelligence, cybernetic, dan lain-lain," lanjut Goncharov.
Goncharov mengakui sudah mengembangkan neural network sejak lama, bahkan dia mengklaim sudah melakukannya sejak 10 tahun yang lalu. 
.
[SUMBER KLARIFIKASI]
http://bit.ly/2SvhHIt
http://bit.ly/2LwQEMt
http://bit.ly/2O6omdH