Kuota, Data, & Social Media

Dilihat: 1,082 kali
Senin, 04 Oktober 2021

Peningkatan media sosial yang sangat pesat serta didukung oleh perkembangan teknologi mengakibatkan peningkatan penggunaan media sosial yang diakses dari handphone khususnya di Indonesia, hal tersebut membawa sebuah perubahan dalam masyarakat. Lahirnya media sosial menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran baik budaya, etika dan norma yang ada. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dengan berbagai kultur suku, ras dan agama yang beraneka ragam memiliki banyak sekali potensi perubahan sosial.


Sosial media mengalami perkembangan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun pada tahun 2002 friendster menjadi sosial media yang sangat booming dan kehadirannya sempat menjadi fenomenal. Setelah itu pada tahun 2003 sampai saat ini bermunculan berbagai sosial media dengan berbagai karakter dan kelebihan masing-masing, seperti linkedIn, MySpace, Facebook, Twitter, Wiser, Intagram, Google+ dan lain sebagainya.


Selain karena memudahkan interaksi, media sosial juga memiliki manfaat lain dalam kehidupan sehari-hari, misalnya media sosial bermanfaat sebagai sarana untuk membangun hubungan atau relasi. Dapat digunakan pula untuk berkomunikasi jarak jauh karena media sosial memiliki jangkauan global dimanapun dan kapanpun, media sosialpun dapat digunakan untuk mencari hiburan banyak konten menarik yang menghibur, selain itu dapat pula digunakan untuk meningkatkan kreativitas, kita dapat meningkatkan skill dengan hanya mencari tutorial yang ada di youtube misalnya. Sosial Media juga kini menjadi sarana atau aktivitas digital marketing, seperti Social Media MaintenanceSocial Media Endorsement dan Social Media Activation.


Namun terlepas dari manfaatnya, media sosial juga punya efek negatif bagi kesehatan mental. Terlalu sering mengakses media sosial akan membuat kita tidak bahagia, bahkan terisolir dari dunia luar. Mengutif dari sains.kompas.com ada lima hal yang menyebabkan efek negatif sosial media bagi Kesehatan mental kita yaitu :


1. membandingkan diri sendiri dengan orang lain di media sosial, dengan stalking bisa meningkatkan rasa tidak percaya diri. Hal ini terbukti oleh penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari University of Copenhagen. Dalam penelitian tersebut, banyak orang yang menderita “Facebook envy”. Hal ini terjadi ketika melihat post dari orang lain di Facebook dan membandingkannya dengan kondisi diri sendiri.

2. Media sosial sering kali mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat, kehadiran secara verbal dalam hubungan antar manusia adalah hal yang penting karena kita bukanlah robot

3. Media sosial menjadi ajang tepat untuk mengingat masa lalu lewat memory atau flashback. Namun, media sosial juga bisa mengurangi ingatan sebenarnya. Hal ini misal terjadi pada hari ulang tahun teman atau kerabat. Hal itu dulu kita ingat, namun kini menjadi ketergantungan pada media sosial yang mengingatkan.

4. Cukup tidur adalah hal yang sangat krusial. Dengan mata yang terus-terusan terpaku pada ponsel dan media sosial, kualitas tidur akan berkurang. “Keinginan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di media sosial membuat otak kita terjaga, dan sulit untuk tidur,” tutur Dr Tim Bono, penulis buku berjudul “When Likes Aren’t Enough”.

5. Cobalah tidak mengecek media sosial Anda selama satu hari penuh. Di jam-jam tertentu Anda mungkin akan merasa ada sesuatu yang hilang, atau ada sesuatu yang kurang. Kemudian Anda mungkin merasa tidak update dengan kondisi terkini, merasa ditinggalkan, dan lain sebagainya. Pada Maret 2018, dilaporkan bahwa lebih dari sepertiga Generasi Z (berdasarkan survey dari 1.000 responden) berhenti dari penggunaan media sosial. Ini karena sebanyak 41 persen responden merasakan kesedihan dan depresi.


Menurut data yang dipublikasikan We Are Social, perusahaan asal Inggris, pada Januari 2020, terungkap bahwa 175,4 juta penduduk Indonesia telah menggunakan internet dan 160 juta telah menggunakan medsos dari total 272,1 juta keseluruhan penduduk. Artinya, jika dipersentasekan, ada sekitar 59% jumlah penduduk Indonesia yang aktif menggunakan medsos. Dari total pengguna medsos itu, Youtube menjadi platform yang paling banyak diakses di Indonesia dengan 88%, diikuti Whatsapp 84%, Facebook 82%, Instagram 79, Twitter 56%, dan Line 50%. Dalam hal ini maka durasi penggunaan internet indonesia mencapai 4 jam 46 menit dan ternyata yang mengejutkan sekali bahwa 3 jam 46 menit hanya dihabiskan unutk bermedia sosial. Di Jawa Barat sendiri berdasarkan data statistik kesejahteraan rakyat  tahun 2020 sekitar 89,79 % masyarakat Jawa Barat menggunakan internet untuk akses media sosial.


Di tengah pandemi covid-19, konsumsi medsos masyarakat cenderung meningkat. Hal ini lantaran adanya kebijakan physical distancing, praktis semua kegiatan beralih menjadi online penggunaan media sosial tidak hanya untuk sekedar berkomunikasi saja tapi banyak pula yang menggunakannya untuk sarana bisnis ataupun untuk pertukaran informasi, banyak pula masyarakat yang menjadikan media sosial sebagai rujukan utama informasi padahal banyak juga informasi hoaks atau berita bohong yang tersebar melalui media sosial. Di Jawa Barat sendiri  dari bulan januari 2021 hingga bulan September 2021 Jabar Saber Hoaks mencatat sebanyak 998 konten hoaks dan disinformasi terkait covid-19 yang beredar di masyarakat mencapai 337 konten.


Media sosial saat ini sudah menjadi gaya hidup. Hampir setiap orang yang memiliki akses ke internet serta memiliki akun Medsos. Dengan medsos, privasi adalah hal yang kini sulit untuk dijaga. Kamu bisa menemukan data pribadi orang lain di internet hanya dengan berbekal nama lengkapnya saja. Ini karena semua informasi pribadi termasuk email, nomor telepon, dan data lainnya dengan mudah kita bagikan melalui media sosial. Dikutip dari idntimes.com, berikut cara untuk melindungi privasi dimedia sosial :


1. Mengaktifkan mode private di media sosial. Memproteksi akun media sosial bisa mengurangi interaksi dengan akun yang tidak kamu kenal. Kamu jadi lebih bisa berkomunikasi dengan orang-orang terdekat.

2. Penting untuk tidak langsung menerima semua permintaan pertemanan di media sosial seperti facebook. Kamu tidak tahu apa niat masing-masing akun yang ingin mengikutimu. Mungkin mereka hanya iseng atau bisa jadi mereka punya niat jahat

3. Mayoritas milenial memiliki lebih dari satu akun media sosial. Sebaiknya jangan menghubungkannya satu media sosial dengan media sosial yang lain.

4. Hindari pilihan sign up atau sign in dengan akun media sosial memang praktis dan tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga. Namun ini akan merugikanmu karena situs atau aplikasi tersebut akan mengambil data pribadimu dengan mudah.

5. membagikan lokasi di media sosial adalah hal yang sebaiknya kamu hindari. Apalagi jika kamu membagikannya secara real time, seperti di instagram story atau snapchat. Informasi tersebut dapat mengundang orang jahat untuk mendatangi lokasi tempat tinggalmu yang sedang ditinggalkan.

6. Jangan sembarangan meng-klik link yang ada di timeline. Sebab terkadang link bisa berisi konten pornografi, situs yang berbahaya, atau situs phishing yang akan mencuri password dan informasi rahasia lainnya.

7. Gunakan password yang berbeda untuk setiap akunmu

8. Di era digital yang semakin canggih, semakin canggih pula kejahatan siber. Dalam akun media sosial, jangan pernah mencantumkan informasi pribadi yang detail misalnya kartu vaksin yang disana tercantum NIK.


(Penulis: Herni Nurtini, S.Si / Staff Kompilasi Data Diskominfo Jabar)
Diolah dari berbagai sumber