Pantat

Dilihat: 792 kali
Kamis, 10 Desember 2020

Pantat

Syahdan, tiga orang penghuni rumah sakit jiwa yang sudah menahun, mereka kelihatannya sudah pulih dan ingin pulang ke rumahnya masing-masing, namun sebelum dokter sepenuhnya yakin kesembuhan mereka, terlebih dahulu dokter memberikan pengujian kewarasan mereka.

“Baiklah Bahlul, sebelum kamu keluar dari rumah sakit jiwa ini, saya ingin tahu betul, apakah kamu sudah waras?” tanya Dokter

“Sudah Dok, 100% waras” Bahlul dengan yakin menjawab

“Kalau begitu saya akan tanya, apa ini?” Tanya si Dokter sambil menunjukan jari ke matanya

“Pantat, Dok” Teriak si Bahlul dengan semangat

“kamu dua kali salah” Si Dokter menyalahkan

“Apa salah saya, dok?” Tanya Bahlul

“Ini bukan pantat, tapi mata”Jawab Dokter

“terus salah saya yang kedua apa, Dok?” Tanya si Bahlul

“Kamu telah berbohong bahwa kamu sudah waras 100%, oleh karena itu kamu harus kembali masuk ruang perawatan mental” jawab si Dokter

Giliran si Jahlul

“Jahlul, kamu yakin kamu sudah normal?” tanya Dokter

“Sudah, Dok” Jawab si Jahlul dengan rendah hati  

“Baiklah, saya mau tanya, apa ini?” Si Dokter menunjukan telunjuknya ke Hidung

“Hidung, Dok” Jawab si Jahlul secara perlahan

“Benar” Si Dokter tersenyum agak gembira

“Kalo yang ini?” Si dokter menunjukan telunjuknya ke Telinga

“Telinga, Dok” Jawab si Jahlul agak lambat dan hati-hati

“Pintar juga kamu, ya” Si Dokter mulai tersenyum berseri-seri

“Pertanyaan terakhir, kalau kamu bisa jawab kamu boleh langsung minggat dari komplek Rumah Sakit Jiwa ini, nah kalo yang ini apa?” tanya Dokter sambil menunjukan telunjuknya ke kepala

Si Jahlul tanpa ragu dan tergesa-gesa menjawab:”Pantat, Dok!”

“Astaga, penyakitmu kumat lagi Lul, ayo masuk ke ruang instalasi mental darurat” perintah si Dokter dengan kesal

Giliran si Majnun

“Saya kurang percaya karena dua orang temenmu tadi belum benar-benar pulih, apalagi kamu Majnun, saya ragu sekali” Si Dokter tampak pesimis pada si Majnun

“Saya memang kurang yakin dan belum 100% waras Dok, saya memang masih gila” Sambung si Majnun

“Kalau memang Dokter underestimate saya waras, tak apa lah, saya hanya minta keadilan saja untuk ditanya seperti yang Dokter lakukan pada kedua teman saya si Jahlul dan Si Bahlul, itung-itung iseng dapet hadiah, Dok” Pinta Si Majnun

 “Baiklah, karena kamu jujur belum waras, saya iseng-iseng saja ya ngasih pertanyaannya” Balas Si Dokter

“Saya tanya, ini apa Majnun?” Si Dokter menunjukan telapak tangannya ke pipi

“Pipi, Dok” Jawa si Majnun

“Kalo yang ini?” Si Dokter menunjukan jarinya ke rambut

“Rambut, Dok”Jawab si Majnun

“Coba yang ini apa ayo jawab?” Si Dokter menunjukan jarinya ke bibir

“Bibir, Dok” Jawab si Majnun

“Waras juga kamu Majnun” Sambung si Dokter

“Yah beginilah Dok kadar kewarasan saya” Balas si Majnun dengan rendah hati

“Coba kalo yang ada didalam ini ada apa saja?” Si dokter sambil menunjukan jarinye ke mulut

“Ada lidah, gusi, gigi taring, gigi seri, gigi geraham, terus kebawahnya tenggorakan, yang ini leher, yang ini bahu, ini dada, ini...., itu....” Si Majnun dengan fasih nyerocos

“Astaga, ternyata kamu waras, kamu bukan seperti yang aku duga sebelumnya, kamu sembuh dan layak pulang ke rumah” Puji Dokter

“Makasih, Dok” Jawab si Majnun

“Majnun, kamu sangat beda dari dua temanmu tadi, tangkas, cermat, dan teliti menjawab, satu hal lagi, kamu betul-betul cerdas Majnun” Dokter kagum berbunga-bunga

“He...he..., makanya dokter jangan undersetimate sebelum menguji saya, sudah terangkan, sekarang saya ini cerdas dan beda dari yang lain, mereka berdua berpikir pakai dengkul, mereka kurang waras, tentunya sangat berbeda dengan saya, karena saya berpikir pakai ini...Dok, pakai ini...Dok, pakai ini....Dok!” sambil menunjukan jarinya ke kepala

“Kamu pasti tahu, apa namanya yang ditunjukan oleh jarimu itu untuk berpikir?” Tanya si Dokter menduga jawaban si Majnun akan benar  

“Pantat, Dok” Teriak Majnun dengan lantang  (snd)