KABAR PALSU DENGAN NARASI ISU POLITIK KEMBALI JADI SOROTAN NETIZEN

Dilihat: 708 kali
Selasa, 12 Juli 2022

Kabar palsu dengan narasi isu politik kembali jadi sorotan netizen

Bandung – Cukup beralasan, jika literasi digital menjadi mainstream harapan publik dalam upaya menangkal serangan berita palsu (fake news) yang merambat di kanal-kanal media sosial saat ini.

Mengutip pada pernyataan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat, Dr. Ika Mardiah, M.Si di sela perhelatan acara IKP Talks Seri ke-7 yang digelar oleh Bidang Informasi dan Komunkasi Publik Diskominfo Jabar, pada Kamis (7/722) di Hotel Ibis Bandung.

Ika menyebut, hari ini tidak sedikit masyarakat di sekitar kita yang mudah terjebak oleh narasi-narasi berita palsu alias hoaks.

Pembentukan unit Jabar Saber Hoaks pada Desember 2018 adalah sebagai respon dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat terhadap potensi meluasnya berita palsu di era digitalisasi saat ini.

Pada setiap akhir pekan, Jabar Saber Hoaks secara rutin mengunggah konten yang berisi lima isu tertinggi hasil pengecekan fakta (fact checking) yang menjadi sorotan netizen – yaitu Top 5 Postingan Hasil Klarifikasi Media Sosial Jabar Saber Hoaks.

Lima isu tertinggi sorotan netizen periode 4 hingga 10 Juli 2022

1. Video Tiongkok meluncurkan matahari buatan

Unggahan hasil pengecekan fakta terkait topik ini mendapatkan interaksi dari para netizen sebanyak 32 kali dengan total penjangkauan atau reach sebanyak 1.786 kali.

Hasil tindak pengecekan fakta Jabar Saber Hoaks isu dengan kategori teknologi itu adalah informasi keliru alias disinformasi dan tergolong sebagai jenis hoaks kontek yang salah (false context).

2. Pesan Whatsapp mengatasnamakan Wakil Bupati Bandung, Sahrul Gunawan

Unggahan pengecekan fakta terkait topik ini mendapatkan interaksi dari para netizen sebanyak 28 kali dengan total penjangkauan atau reach sebanyak 1.903 kali.

Hasil tindak pengecekan fakta Jabar Saber Hoaks isu dengan kategori figur itu adalah infromasi keliru alias disinformasi dan tergolong sebagai jenis hoaks kontek yang tidak memiliki keterhubungan (imposter content).

3. Video anak sekolah di Rusia nyanyikan lagu Indonesia Raya sambut kedatangan Presiden Jokowi

Unggahan hasil pengecekan fakta terkait topik ini mendapatkan interaksi dari para netizen sebanyak 49 kali dengan total penjangkauan atau reach sebanyak 1.998 kali.

Hasil pengecekan fakta Jabar Saber Hoaks isu dengan kategori figur itu adalah informasi keliru alias disinformasi dan tergolong sebagai jenis hoaks dengan konten yang dimanipulasi (false context).

4. Tambahan 10 ribu kuota jaji 2022 Indonesia tak diambil, karena negara bangkrut

Unggahan hasil pengecekan fakta terkait topik ini mendapatkan interaksi dari para netizen sebanyak 55 kali dengan total penjangkauan atau reach sebanyak 2.573 kali.

Hasil pengecekan fakta Jabar Saber Hoaks, isu dengan kategori regulasi itu adalah informasi keliru alias disinformasi : masuk sebagai jenis hoaks dengan konten menyesatkan (misleading content).

5. Kadrun adalah sebutan PKI pada tahun 1960 an pada umat Islam sebagai musuhnya

Unggahan hasil pengecekan fakta terkait topik ini mendapatkan interaksi dari para netizen sebanyak 150 kali dengan total penjangkauan atau reach sebanyak 8.051 kali.

Hasil pengecekan fakta Jabar Saber Hoaks, isu dengan kategori politik itu masuk sebagai informasi keliru alias disinformasi – hoaks jenis konten menyesatkan (misleading content).

Merujuk pada data rilis kompilasi konten hasil pengecekan fakta yang diunggah dpada kanal Jabar Saber Hoaks pada kurun tanggal 4 hingga 10 Juli 2022, informasi keliru dengan isu “Kadrun adalah sebutan PKI pada tahun 1960 an pada umat Islam sebagai musuhnya” jadi topik sorotan tertinggi para netizen.

Jenis disinformasi/misinformasi

Berdasarkan pengklasifikasian pada tipe atau jenis disinformasi/misinformasinya, dari total keseluruhan isu yang diverifikasi oleh Unit Kerja Jabar Saber Hoaks terurai menjadi tujuh tipe atau jenis hoaks – yaitu hoaks dengan jenis satire atau parodi, konten menyesatkan (misleading content), konten yang direkayasa (manipulated content), konten tiruan (imposter content), konteks yang keliru (false context), keterhubungan yang keliru (false connection), serta konten yang murni dipabrikasi alias fabricated content. (JSH)

*Editor : Depi Agung Setiawan