I Not Stupid!

Dilihat: 574 kali
Rabu, 22 Juli 2020

I Not Stupid!


Film ini sudah lama tayang, namun saya tidak utuh menontonnya, tidak tamat dari A-Z. Hanya beberapa cuplikan saja yang dirangkai dan dibingkai dalam sebuah sajian seminar.

Cuplikan "I Not Stupid” ini berkali-kali saya tonton dalam seminar. Sebuah film yang membuat cambuk bagi saya, atau barangkali Anda dan kita semua.

Kita dilahirkan dalam keadaan tidak bodoh-bodoh amat. Adanya otak pada diri kita begitu juga dengan otak pada binatang, hanya proses berpikir atau ber-akal yang membedakannya, ditambah perasaan atau emosi.

Kok Pin dan Ibunya, salah satu pemeran inti dalam film tersebut. Kok Pin, seorang anak yang di sekolahnya kurang cakap bermatematika dan berbahasa Inggris.

Dua mata pelajaran itu nilainya selalu jelek. Saking sering menerima nilai jelak, Ia kerap menghindari dua pelajaran tersebut, lalu menjadi beban yang sungguh berat. Tampaknya bukan lagi menjadi harapan dari dalam dirinya, sementara sang Ibu dan sekolah terus memaksa dan menuntut untuk mengikuti pelajaran yang menjadi momok menyeramkan. Kondisi keterpakasaan ini membuat dia benci kepada matematika dan Bahasa Inggris.

Ibunya mendorong dia dengan keras untuk terus belajar, fokus pada dua mata pelajaran yang dianggap bergengsi. Tak habis akal, Ibunya membeli banyak berbagai buku tentang dua pelajaran itu supaya Kok Pin bisa belajar dengan baik. Menjajarkannya buku itu di depan meja belajar sambil memarahinya agar belajar sengan serius.

Namun apa yang diharapkan Ibunya tak membuahkan hasil, dan apa yang Kok Pin lakukan hanya menggambar dan menggambar.

Di atas buku matematika dan Bahasa Inggris dia malah menggambar, dan terkesan menjadi coretan lukisan. Sontak, ulah si Kok Pin ini membuat Ibunya naik pitam marah. Sementara ujian dua mata pelajar tersebut tinggal hitungan hari.

Kok Pin susah untuk belajar Matematika dan Bahasa Inggris, nilainya masih tetap buruk-buruk saja. Pendek kata, Kok Pin tidak becus bermatematika-berbahasa Inggris.
Kecemasan menghantui sang Ibu, kegelisahan berkecambuk menggundah gulana. Dan tak kalah hebat, beban berat semakin menekan-nekan jiwa sang Anak, si Kok Pin.

Tak habis pikir tak kurang akal, Ibunya Kok Pin meminta masukan kepada sesam orang tua murid. Setelah memperoleh saran bahwa anak yang susah belajar seperti Kok Pin, supaya jangan segan untuk mencambuk dan mengurungnya di dalam kamar.

Saran teman terebut nampaknya jalan lain yang cukup ampuh. Kok Pin kemudian dicambuk dan dikurung dalam kamar yang terkunci rapat layakanya sel tahanan yang telah berbuat kejahatan, disodorkanlah tumpukan buku dua pelajaran itu sambil dimaki-maki bahwa Kok Pin dalam ujian nanti harus mendapatkan nilai 100. Lalu, Kok Pin pun berjanji akan berusaha memenuhi harapan dan tuntutan Ibunya.

Tak hanya Kok Pin, Ibu nya pun mendapat tekanan berat lantaran ujian dan nilai anaknya yang selalu buruk. Kemudia ibunya jatuh sakit berat, dirawat di rumah sakit gara-gara memikirkan Kok Pin.

Hari mendebarkan tiba, ujian dihadapi Kok Pin dengan cemas dan mencekam. Hasilnya nihil hanya 50, jauh dari angka 100. Kok Pin kebingungan harus memberikan kabar kecewa seperti apa kepada Ibunya, yang itu sama saja beban dan kecemasan semakin bertambah, Kok Pin benar-benar bodoh!

Teman-teman Kok Pin berupaya membantunya dengan cara, nilai kertas ujian temannya yang mendapat nilai 100, diganti saja namanya dengan nama Kok Pin. Namun Kok Pin menolak, hal ini hanya saja akan membohongi Ibunya yang dalam keadaan sedang dirawat di rumah sakit.

Dia berangkat ke rumah sakit menyampaikan hasil nilai ujiannya dengan sakit hati, takut, cemas, dan khawatir. Ketika bertemu dengan Ibunya, ia tertunduk bicara terbata sambil meneteskan air mata: “Maafkan Ibu, saya tidak dapat memenuhi harapan Ibu”. Lalu Ibunya menangis dengan tabah dan pasrah, bahwa anaknya telah berusaha dengan payah melampui ujian tersebut.

Tak lama dari itu, datanglah Guru Kok Pin ke rumah sakit sambil membawa bunga. Ibu Kok Pin kaget atas kedatangan guru, Sang Ibu menduga Kok Pin berbuat ulah yang kurang baik di sekolah, tapi kenapa Dia membawa bunga?

Ibu Guru itu memberikan bunga sambil mengucapkan selamat kepada Kok Pin, bahwa Kok Pin lolos seleksi dua terbesar, dan akan diikutkan lomba menggambar anak-anak ke Amerika (snd).

Bandung, 21 Juli 2020